Cari Blog Ini

Jumat, 27 Mei 2011

Ingat Mati ( Bag. 1 )

Ingat Mati

Kematian merupakan persinggahan pertama manusia dialam akhirat. Al Qurthubiy berkata dalam At Tadzkirah, “Kematian ialah terputusnya hubungan antara ruh dengan badan, berpisahnya kaitan antara keduanya, bergantinya kondisi, dan berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya”. Yang dimaksud dengan kematian dalam pembahasan berikut ini adalah al maut al kubro, sedangkan al maut ash shughro sebagaimana dimaksud oleh para ulama, ialah tidur.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan”. (QS. Adz-Dzumar: 42)
[1]

Orang Yang Cerdas

Orang yang cerdas adalah orang yang tahu persis tujuan hidupnya. Kemudian mempersiapkan diri sebaik-baiknya demi tujuan tersebut. Maka, jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?

Ibnu Umar Rodhiyallaahu ‘Anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rosulullah Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshor, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam dan bertanya, ‘Wahai Rosulullah, siapakah orang mu’min yang paling utama? Rosulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mu’min yang paling cerdas? Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas’. (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)[2]

Sumber Artikel : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ingat-mati.html

Atau :
http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

Wallahu'alam Bishshowab

Ingat Mati ( Bag. 2 )

Pemutus Segala Kelezatan

Dari Abu Hurairah Rodhiyallaahu ‘Anhu beliau berkata, “Rosulullah Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan’ , yaitu kematian. (HR. At Tirmidzi, Syaikh Al Albaniy dalam Shahih An Nasa’iy 2/393 berkata : “hadits hasan shahih”)

Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafidzahullah menjelaskan perihal hadits diatas, “Dianjurkan bagi setiap muslim, baik yang sehat maupun yang sedang sakit, untuk mengingat kematian dengan hati dan lisannya. Kemudian memperbanyak hal tersebut, karena dzikrul maut (mengingat mati) dapat menghalangi dari berbuat maksiat, dan mendorong untuk berbuat ketaatan. Hal ini dikarenakan kematian merupakan pemutus kelezatan. Mengingat kematian juga akan melapangkan hati dikala sempit, dan mempersempit hati dikala lapang. Oleh karena itu, dianjurkan untuk senantiasa dan terus menerus mengingat kematian”.[3]

Dan Merekapun Ingin Kembali

Sebaliknya orang-orang yang semasa hidupnya sangat sedikit mengingat mati, dari kalangan orang-orang kafir dan mereka yang tidak menta’ati seruan para Rosul, akan meminta tangguh dan udzur ketika bertemu dengan Robb mereka kelak diakhirat. Inilah penyesalan yang paling mendalam bagi manusia yang tidak mengingat kematian.

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzholim : “Ya Robb kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami kedunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rosul-Rosul. (Kepada mereka dikatakan) : “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” (QS. Ibrohim: 44)

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata : “Wahai Robb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang sholeh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Munafiqun: 10-11)

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata : “ Wahai Robb-ku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal sholeh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja”. (QS. Al-Mu’minun: 99-100)[4]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy berkata mengenai ayat dalam Surat Al-Mu’minun, “Allah Ta’ala mengabarkan keadaan orang-orang yang berhadapan dengan kematian, dari kalangan mufrithin (orang-orang yang bersikap meremehkan perintah Allah -pent) dan orang-orang yang dzholim. Mereka menyesal dengan kondisinya ketika melihat harta mereka, buruknya amalan mereka, hingga mereka meminta untuk kembali kedunia. Bukan untuk bersenang-senang dengan kelezatannya, atau memenuhi syahwat mereka. Akan tetapi mereka berkata, ‘Agar aku berbuat amal sholeh terhadap apa yang telah aku tinggalkan”. Beliau kembali menjelaskan, “Apa yang mereka perbuat tidaklah bermanfaat sama sekali, melainkan hanya ada kerugian dan penyesalan. Pun perkataan mereka bukanlah perkataan yang jujur, jika seandainya mereka dikembalikan lagi kedunia, niscaya mereka akan kembali melanggar perintah Allah”.[5]

Sumber Artikel : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ingat-mati.html

Atau :
http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

Wallahu'alam Bishshowab

Ingat Mati ( Bag. 3 )

Pendekkan Angan-Anganmu!

Sikap panjang angan-angan akan membuat seseorang malas beramal, mengira hidup dan umur mereka panjang sehingga menunda-nunda dalam beramal sholih.

Dari Ibnu Mas’ud Rodhiyallaahu ‘Anhu beliau berkata, “Nabi Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam membuat segi empat, kemudian membuat garis panjang hingga keluar dari persegi tersebut, dan membuat garis-garis kecil dari samping menuju ketengah. Kemudian beliau berkata, ‘Inilah manusia, dan garis yang mengelilingi ini adalah ajalnya, dan garis yang keluar ini adalah angan-angannya. Garis-garis kecil ini adalah musibah dalam hidupnya, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini”. (HR. Bukhari, lihat Fathul Bari I/236-235)

Dari Anas beliau berkata, “Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Setiap anak Adam akan menjadi tua dan hanya tersisa darinya dua hal : ambisi dan angan-angannya”.[6]

Oleh karena itu, diantara bentuk dzikrul maut adalah memperpendek angan-angan, dan tidak menunda-nunda dalam beramal sholih.

Dari Ibnu Umar Rodliyallaahu ‘Anhuma ia berkata : “Rosulullah Shollallaahu ’Alaihi Wasallam pernah memegang pundak kedua pundakku seraya bersabda : ‘Jadilah engkau didunia seakan-akan orang asing atau pengembara’. Ibnu Umar berkata : “Jika kamu berada disore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada dipagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu”. (HR. Al-Bukhari, lihat Al Fath I/233)

Faktor-Faktor Yang Dapat Mengingatkan Kematian

{1} Dziarah kubur, Nabi Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Berdziarah kuburlah kalian sesungguhnya itu akan mengingatkan kalian pada akhirat”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)[7]

{2} Mengunjungi mayit ketika dimandikan dan melihat proses pemandiannya.

{3} Menyaksikan proses sakaratul maut dan membantu mentalqin.

{4} Mengantar jenazah, menyolatkan, dan ikut menguburkannya.

{5} Membaca Al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan kepada kematian dan sakaratul maut. Seperti firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya”. (QS. Qoof: 19)

{6} Merenungkan uban dan penyakit yang diderita, karena keduanya merupakan utusan malaikat maut kepada seorang hamba.

{7} Merenungkan ayat-ayat kauniyah yang telah disebutkan Allah Ta’ala sebagai pengingat bagi hamba-hambaNya kepada kematian. Seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, badai, dan sebagainya.

{8} Menelaah kisah-kisah orang maupun kaum terdahulu ketika menghadapi kematian, dan kaum yang didatangkan bala’ atas mereka.

Sumber Artikel : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ingat-mati.html

Atau :
http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

Wallahu'alam Bishshowab

Ingat Mati ( Bag. 4 )

Faidah Mengingat Kematian

Diantara faidah mengingat kematian adalah :
(1) Memotivasi untuk mempersiapkan diri sebelum terjadinya kematian;
(2) Memperpendek angan-angan, karena panjang angan-angan merupakan sebab utama kelalaian;
(3) Menjadikan sikap dzuhud terhadap dunia, dan ridho dengan bagian dunia yang telah diraih walaupun sedikit;
(4) Sebagai motivasi berbuat keta’atan;
(5) Sebagai penghibur seorang hamba tatkala memperoleh musibah dunia;
(6) Mencegah dari berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam menikmati kelezatan dunia;
(7) Memotivasi untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat; (8) Melembutkan hati dan mengalirkan air mata, mendorong semangat untuk beragama, dan mengekang hawa nafsu;
(9) Menjadikan diri tawadhu’ dan menjauhkan dari sikap sombong dan dzholim dan;
(10) Memotivasi untuk saling memaafkan dan menerima udzur saudaranya.[8]

Penulis :
Yhouga AM
Artikel :
www.muslim.or.id

Catatan kaki :

[1] Al Qiyamah As Sughra, Syaikh Dr. Sulaiman Al Asyqar, hal. 15-16 cet. Dar An Nafais.

[2] Disebutkan dalam Kitab At Tazkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhirah, Imam Al Qurthubiy dalam bab Dzikrul Maut wa Fadhluhu wal Isti’dadu lahu I/120, cet. Maktabah Dar Al Minhaj.

[3] Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Shalihin, Syaikh Salim bin‘Ied Al Hilaly, I/634 cet. Dar Ibnul Jauziy.

[4] Imam Nawawi berdalil dengan ayat-ayat tersebut dalam Riyadhus Shalihin bab Dzikrul Maut wa Qashrul Umal (Mengingat Kematian dan Memendekkan Angan-Angan).

[5] Taisir Karimirrahman, Syaikh Abdurrahman bin Nshir As Sa’diy, hal. 531, cet. Dar Ibnu Hazm.

[6] HR. Baihaqi dalam Az Zuhd Al Kabir no. 454, Al Hafizh Al Iraqiy berkata hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam “Qashrul Umal” dengan sanad yang shahih.

[7] Silahkan merujuk pembahasan lebih lengkap mengenai dziarah kubur dalam artikel bulletin At Tauhid terdahulu, “Saat Kubur Jadi Tempat Ibadah” http://buletin.muslim.or.id/aqidah/saat-kubur-jadi-tempat-ibadah.

[8] Brosur “Kafa bil Mauti Wa’izh” , Darul Wathan.

Sumber Artikel : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ingat-mati.html

Atau :
http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

Wallahu'alam Bishshowab

Rabu, 25 Mei 2011

Di Depan Gerbang Kematian ( Bag. 1 )

Di Depan Gerbang Kematian

Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah ta’ala. Allah telah menetapkan setiap jiwa pasti akan merasakannya. Kematian tidak pandang bulu. Apabila sudah tiba saatnya, Malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya. Dia tidak mau menerima pengunduran jadwal, barang sedetikpun. Karena bukanlah sifat Malaikat seperti manusia, yang dzholim dan jahil.

Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para Malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan perintah Allah. Duhai, tidakkah manusia sadar, seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga pasti dia akan menangis, menangis dan menangis. Subhanallah, adakah orang yang tidak merasa takut dari neraka. Sebuah tempat penuh siksa, sebuah negeri kengerian dan jeritan manusia-manusia durhaka. Neraka ada dihadapan kita, dengan apakah kita akan membentengi diri darinya? Apakah dengan menumpuk kesalahan dan dosa, hari demi hari, malam demi malam, sehingga membuat hati semakin menjadi hitam legam? Apakah kita tidak ingat ketika itu kita berbuat dosa, lalu sesudahnya kita melakukannya, kemudian sesudahnya kita melakukannya lagi? Sampai kapan engkau jera?

Sumber Artikel :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/di-depan-gerbang-kematian.html

Wallahu'alam Bishshowab

Di Depan Gerbang Kematian ( Bag. 2 )

Sebab-sebab Su’ul Khotimah

Saudaraku seiman mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda, ketahuilah bahwa su’ul khotimah tidak akan terjadi pada diri orang yang sholih secara lahir dan batin dihadapan Allah. Terhadap orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, tidak pernah terdengar cerita bahwa mereka su’ul khotimah. Su’ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang-orang yang nekat melakukan dosa-dosa besar dan berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Kemungkinan semua dosa itu demikian mendominasi dirinya sehingga ia meninggal saat melakukannya, sebelum sempat bertaubat dengan sungguh-sungguh.

Perlu diketahui bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Diantaranya yang terpokok adalah sebagai berikut :

Berbuat syirik kepada Allah ‘azza wajalla. Pada hakikatnya syirik adalah ketergantungan hati kepada selain Allah dalam bentuk rasa cinta, rasa takut, pengharapan, do’a, tawakal, inabah (taubat) dan lain-lain.

Berbuat bid’ah dalam melaksanakan agama. Bid’ah adalah menciptakan hal baru yang tidak ada tuntunannya dari Allah dan Rosul-Nya. Penganut bid’ah tidak akan mendapat taufik untuk memperoleh husnul khotimah, terutama penganut bid’ah yang sudah mendapatkan peringatan dan nasehat atas kebid’ahannya. Semoga Allah memelihara diri kita dari kehinaan itu.

Terus menerus berbuat maksiat dengan menganggap remeh dan sepele perbuatan-perbuatan maksiat tersebut, terutama dosa-dosa besar. Pelakunya akan mendapatkan kehinaan disaat mati, disamping setan pun semakin memperhina dirinya. Dua kehinaan akan ia dapatkan sekaligus dan ditambah lemahnya iman, akhirnya ia mengalami su’ul khotimah.

Melecehkan agama dan ahli agama dari kalangan ulama, da’i, dan orang-orang sholih serta ringan tangan dan lidah dalam mencaci dan menyakiti mereka.

Lalai terhadap Allah dan selalu merasa aman dari siksa Allah. Allah berfirman yang artinya,

“Apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. (QS. Al A’roof [7] : 99)

Berbuat dzolim. Kedzoliman memang ladang kenikmatan namun berakibat menakutkan. Orang-orang yang dzolim adalah orang-orang yang paling layak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Allah berfirman yang artinya,

“Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim”. (QS. Al-An’aam [6] : 44)

Berteman dengan orang-orang jahat. Allah berfirman yang artinya,

“(Ingatlah) hari ketika orang yang dzolim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan yang lurus bersama Rosul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrabku”. (QS. Al-Furqoon [25] : 27-28)

Bersikap ujub. Sikap ujub pada hakikatnya adalah sikap seseorang yang merasa bangga dengan amal perbuatannya sendiri serta menganggap rendah perbuatan orang lain, bahkan bersikap sombong dihadapan mereka. Ini adalah penyakit yang dikhawatirkan menimpa orang-orang sholih sehingga menggugurkan amal sholih mereka dan menjerumuskan mereka kedalam su’ul khotimah.

Demikianlah beberapa hal yang bisa menyebabkan su’ul khotimah. Kesemuanya adalah biang dari segala keburukan, bahkan akar dari semua kejahatan. Setiap orang yang berakal hendaknya mewaspadai dan menghindarinya, demi menghindari su’ul khotimah.

Sumber Artikel :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/di-depan-gerbang-kematian.html

Wallahu'alam Bishshowab

Di Depan Gerbang Kematian ( Bag. 3 )

Tanda-tanda husnul khotimah

Tanda-tanda husnul khotimah cukup banyak. Disini kami menyebutkan sebagian diantaranya saja yaitu :

Mengucapkan kalimat tauhid Laa ilaaha illallaah saat meninggal (menjelang ajal). Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti masuk surga”. (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)

Meninggal pada malam Jum’at atau pada hari Jum’at. Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Setiap muslim yang meninggal pada hari atau malam Jum’at pasti akan Allah lindungi dari siksa kubur”. (HR. Ahmad)

Meninggal dengan dahi berkeringat. Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Orang mu’min itu meninggal dengan berkeringat didahinya”. (HR. Ahmad, Tirmidzi dll, dishahihkan Al Albani)

Meninggal karena wabah penyakit menular dengan penuh kesabaran dan mengharapkan pahala dari Allah, seperti penyakit kolera, TBC dan lain sebagainya.

Wanita yang meninggal saat nifas karena melahirkan anak. Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya berarti mati syahid. Sang anak akan menarik-nariknya dengan riang gembira menuju surga”. (HR. Ahmad).

Munculnya bau harum semerbak, yakni yang keluar dari tubuh jenazah setelah meninggal dan dapat tercium oleh orang-orang disekitarnya. Seringkali itu didapatkan pada jasad orang-orang yang mati syahid, terutama syahid fisabilillah.

Mendapatkan pujian yang baik dari masyarakat sekitar setelah meninggalnya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah melewati jenazah. Beliau mendengar orang-orang memujinya. Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda,

“Pasti (masuk) surga” Beliau kemudian bersabda, “kalian -para sahabat- adalah para saksi Allah dimuka bumi ini”. (HR. At-Tirmidzi).

Melihat sesuatu yang menggembirakan saat ruh diangkat. Misalnya, melihat burung-burung putih yang indah atau taman-taman indah dan pemandangan yang menakjubkan, namun tidak seorangpun disekitarnya yang melihatnya. Kejadian itu dialami sebagian orang-orang shalih. Mereka menggambarkan sendiri apa yang mereka lihat pada saat sakaratul maut tersebut dalam keadaan sangat berbahagia, sedangkan orang-orang disekitar mereka tampak terkejut dan tercengang saja.

Sumber Artikel :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/di-depan-gerbang-kematian.html

Wallahu'alam Bishshowab

Di Depan Gerbang Kematian ( Bag. 4 )

Bagaimana Kita Menyambut Kematian?

Saudara tercinta, sambutlah sang kematian dengan hal-hal berikut :

Dengan iman kepada Allah, para Malaikat, Kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, Hari Akhir (Kiamat), dan Takdir baik maupun buruk. Dengan menjaga sholat lima waktu tepat pada waktunya dimasjid secara berjama’ah bersama kaum muslim dengan menjaga kekhusyu’an dan merenungi maknanya. Namun, sholat wanita dirumahnya lebih baik daripada dimasjid.

Dengan mengeluarkan dzakat yang diwajibkan sesuai dengan takaran dan cara-cara yang disyari’atkan.

Dengan melakukan puasa Romadhon dengan penuh keimanan dan mengharap pahala.

Dengan melakukan haji mabrur, karena pahala haji mabrur pasti surga. Demikian juga umroh dibulan Romadhon, karena pahalanya sama dengan haji bersama Rosululloh Shollallahu ‘Alaihi Wasallam.

Dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, yakni setelah melaksanakan yang wajib. Baik itu sholat, dzakat, puasa maupun haji. Allah menandaskan dalam sebuah hadits qudsi,

“Seorang hamba akan terus mendekatkan diri kepada-Ku melalui ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintainya”.

Dengan segera bertobat secara ikhlas dari segala perbuatan maksiat dan kemungkaran, kemudian menanamkan tekad untuk mengisi waktu dengan banyak memohon ampunan, berdzikir, dan melakukan ketaatan.

Dengan ikhlas kepada Allah dan meninggalkan riya dalam segala ibadah, sebagaimana firman Allah yang artinya,

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah [98] : 5)

Dengan mencintai Allah dan Rosul-Nya. Hal itu hanya sempurna dengan mengikuti ajaran Nabi, sebagaimana yang Allah firmankan yang artinya,

“Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (QS. Ali Imron [3] : 31)

Dengan mencintai seseorang karena Allah dan membenci seseorang karena Allah, berloyalitas karena Allah dan bermusuhan karena Allah. Konsekuensinya adalah mencintai kaum mu’min meskipun saling berjauhan dan membenci orang kafir meskipun dekat dengan mereka.

Dengan rasa takut kepada Allah, dengan mengamalkan ajaran kitab-Nya, dengan ridho terhadap rezeki-Nya meski sedikit, namun bersiap diri menghadapi Hari Kemudian. Itulah hakikat dari taqwa.

Dengan bersabar menghadapi cobaan, bersyukur kala mendapatkan kenikmatan, selalu mengingat Allah dalam suasana ramai atau dalam kesendirian, serta selalu mengharapkan keutamaan dan karunia dari Allah. Dan lain-lain. (dicuplik dari Misteri Menjelang Ajal, Kisah-Kisah Su’ul Khatimah dan Husnul Khatimah, penerjemah Al Ustadz Abu ‘Umar Basyir hafizhahullah). Semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau, amii...n.

Penyusun ulang : Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel : www.muslim.or.id

Sumber Artikel :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/di-depan-gerbang-kematian.html

Wallahu'alam Bishshowab

Minggu, 01 Mei 2011

Cintaku Sejati

Kesedihan dan kepedihanku...
Hanya mampu membuatku menangis...
Tapi...tidak pernah mampu merubah keyakinanku...
Atas semua keputusanNya...

Melupakan dan meninggalkan dirimu...
Hanya membuat luka dalam hatiku...
Tapi tidak akan membuat mati keyakinanku...
Bahwa bukan hanya dirimu tujuanku...

Robb...
Cinta dalam hatiku ini...
Kaulah yang berikan...
Dan aku yakin...
Kau pulalah yang akan memeliharanya...

Robb...
Cinta sejatiku ini Kaulah yang tanamkan...
Hingga aku yakin sekali dengan semua janjiMu...
Walaupun tidak Kau berikan didunia ini...
Masih ada kehidupan lain yang sudah menanti...

Hingga semua janji Kau genapi...
Sampai pada titik kesempurnaan...
MencintaiMu...
Lebih dari dalamnya cintaku padanya...

Karena aku tahu Engkau begitu mencintaiku...
Hingga tidak seorangpun yang berhak...
Untuk memiliki cinta sejati ini...
Melainkan diriMu yang setia menemani langkahku...