Cari Blog Ini

Minggu, 14 Agustus 2011

Dasar Israel!!! Mulutnya Ucapkan Selamat Ramadhan, Militernya Bombardir Gaza

Dasar Israel!!! Mulutnya Ucapkan Selamat Ramadhan, Militernya Bombardir Gaza

Memang lidah tak bertulang. Tapi lidah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu ini sungguh licik. Diawal Ramadhan, Netanyahu menyampaikan selamat Ramadhan sembari menyatakan harapannya untuk perdamaian dan demokratisasi di dunia Arab. Padahal disaat yang sama, militer Israel membombardir Gaza, Palestina. Dilihat dari ucapannya, sungguh mulia Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu ini. Ia menyampaikan ucapan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan bagi umat Islam baik di Israel maupun seluruh dunia. Pada pidatonya, Netanyahu tak lupa berharap revolusi di Timur Tengah dapat menghasilkan negara Arab yang demokratis. "Ramadhan Kareem dan selamat liburan. Saya ingin mengucapkan selamat bagi warga Muslim di Israel dan Muslim di seluruh dunia atas dimulainya Ramadhan", ujar Netanyahu dalam rekaman video yang diunggah di Youtube, Senin (1/8/2011). Dalam kesempatan tersebut, Netanyahu mengatakan revolusi dibeberapa negara Arab akan sukses dan terus berkembang. Demokrasi di negara ini juga diharapkannya dapat segera tercipta. Manisnya demokrasi, ujarnya, telah dirasakan oleh seluruh rakyat di Israel. "Kami ingin melihat masyarakat Arab damai dan demokrasi berjalan sukses. Saya yakin, jika demokrasi muncul di Arab, maka perdamaian sejati akan tercipta," kata Netanyahu. Netanyahu juga menyerukan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk melanjutkan negosiasi damai kedua negara. Netanyahu menginginkan negosiasi tanpa syarat Palestina-Israel segera dilangsungkan. "Rakyat kita menunggu dan menaruh harapan pada momen ini. Saya tahu ini sulit dan banyak keraguan. Namun, kita dapat mengatasi itu dengan duduk bersama. Kita dapat melampaui semua rintangan dan memberikan perdamaian, tidak hanya kepada rakyat kita, tapi juga pada seluruh kawasan", kata Netanyahu.

Sebagaimana diketahui, perundingan perdamaian kedua negara yang dimediasi oleh Amerika Serikat mengalami kemandekan pada akhir tahun lalu. Macetnya upaya perdamaian karena ulah Israel yang terus membangun pemukiman Yahudi dengan mencaplok wilayah Palestina di Tepi Barat. Pemerintah Palestina menginginkan Israel menghentikan pembangunan sebelum dimulainya kembali proses perundingan. Ironinya, pada hari yang sama ketika Netanyahu mengucapkan selamat Ramadhan, pesawat tempur Israel membombardir Jalur Gaza. Serangan udara tersebut ditujukan ke terowongan yang digali dibawah perbatasan antara bagian selatan Jalur Gaza dan Mesir, dekat Rafah, kata beberapa saksi mata Palestina. Pesawat tempur Israel, Selasa (2/8/2011), menyerang Jalur Gaza. Serangan udara ditujukan ke terowongan yang digali dibawah perbatasan antara bagian selatan Jalur Gaza dan Mesir, dekat Rafah. Belum ada laporan mengenai korban jiwa dalam serangan itu, kata AFP, Selasa. Selain itu, dua ledakan juga mengguncang Gaza City, tapi sumber ledakan tersebut belum diketahui. Wanita juru bicara Israel yang ditanyai oleh AFP tak bersedia mengonfirmasi atau membantah serangan udara itu. Orang dinilai baik dari tindakannya, bukan dari omongannya yang bertolak belakang dengan perbuatannya. Sayangnya, Netanyahu lebih suka omong kosong daripada hikmah ini. [taz/viv, ant]

Sumber :
www.kumpulberita.com/2011/08/dasar-israel-mulutnya-ucapkan-selamat.html?m=0

Dasar Israel!!! Mulutnya Ucapkan Selamat Ramadhan, Militernya Bombardir Gaza

Dasar Israel!!! Mulutnya Ucapkan Selamat Ramadhan, Militernya Bombardir Gaza

Memang lidah tak bertulang. Tapi lidah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu ini sungguh licik. Diawal Ramadhan, Netanyahu menyampaikan selamat Ramadhan sembari menyatakan harapannya untuk perdamaian dan demokratisasi di dunia Arab. Padahal disaat yang sama, militer Israel membombardir Gaza, Palestina. Dilihat dari ucapannya, sungguh mulia Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu ini. Ia menyampaikan ucapan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan bagi umat Islam baik di Israel maupun seluruh dunia. Pada pidatonya, Netanyahu tak lupa berharap revolusi di Timur Tengah dapat menghasilkan negara Arab yang demokratis. "Ramadhan Kareem dan selamat liburan. Saya ingin mengucapkan selamat bagi warga Muslim di Israel dan Muslim di seluruh dunia atas dimulainya Ramadhan", ujar Netanyahu dalam rekaman video yang diunggah di Youtube, Senin (1/8/2011). Dalam kesempatan tersebut, Netanyahu mengatakan revolusi dibeberapa negara Arab akan sukses dan terus berkembang. Demokrasi di negara ini juga diharapkannya dapat segera tercipta. Manisnya demokrasi, ujarnya, telah dirasakan oleh seluruh rakyat di Israel. "Kami ingin melihat masyarakat Arab damai dan demokrasi berjalan sukses. Saya yakin, jika demokrasi muncul di Arab, maka perdamaian sejati akan tercipta," kata Netanyahu. Netanyahu juga menyerukan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk melanjutkan negosiasi damai kedua negara. Netanyahu menginginkan negosiasi tanpa syarat Palestina-Israel segera dilangsungkan. "Rakyat kita menunggu dan menaruh harapan pada momen ini. Saya tahu ini sulit dan banyak keraguan. Namun, kita dapat mengatasi itu dengan duduk bersama. Kita dapat melampaui semua rintangan dan memberikan perdamaian, tidak hanya kepada rakyat kita, tapi juga pada seluruh kawasan", kata Netanyahu.

Sebagaimana diketahui, perundingan perdamaian kedua negara yang dimediasi oleh Amerika Serikat mengalami kemandekan pada akhir tahun lalu. Macetnya upaya perdamaian karena ulah Israel yang terus membangun pemukiman Yahudi dengan mencaplok wilayah Palestina di Tepi Barat. Pemerintah Palestina menginginkan Israel menghentikan pembangunan sebelum dimulainya kembali proses perundingan. Ironinya, pada hari yang sama ketika Netanyahu mengucapkan selamat Ramadhan, pesawat tempur Israel membombardir Jalur Gaza. Serangan udara tersebut ditujukan ke terowongan yang digali dibawah perbatasan antara bagian selatan Jalur Gaza dan Mesir, dekat Rafah, kata beberapa saksi mata Palestina. Pesawat tempur Israel, Selasa (2/8/2011), menyerang Jalur Gaza. Serangan udara ditujukan ke terowongan yang digali dibawah perbatasan antara bagian selatan Jalur Gaza dan Mesir, dekat Rafah. Belum ada laporan mengenai korban jiwa dalam serangan itu, kata AFP, Selasa. Selain itu, dua ledakan juga mengguncang Gaza City, tapi sumber ledakan tersebut belum diketahui. Wanita juru bicara Israel yang ditanyai oleh AFP tak bersedia mengonfirmasi atau membantah serangan udara itu. Orang dinilai baik dari tindakannya, bukan dari omongannya yang bertolak belakang dengan perbuatannya. Sayangnya, Netanyahu lebih suka omong kosong daripada hikmah ini. [taz/viv, ant]

Sumber :
www.kumpulberita.com/2011/08/dasar-israel-mulutnya-ucapkan-selamat.html?m=0

Rabu, 22 Juni 2011

Cinta Kebenaran Suburkan Hati (Bag. 1)

Seluas apapun tanah di bumi, semua tanah kembali pada salah satu dari tiga jenis.

Ada tanah yang subur, mampu menjadi tempat hidup tumbuhan apapun. Ada tanah yang kering mati, tidak mampu menjadi tempat tumbuh apapun. Ada tanah yang bercampur, sebetulnya ia adalah tanah yang subur, namun beberapa bagian darinya tidak subur atau mengandung unsur yang membahayakan tumbuhan.

Begitu juga keadaan hati manusia. Hati jutaan manusia sejak dulu terbagi menjadi tiga : hati yang hidup dan sehat, hati yang mati, dan hati yang sakit.

Ingat Tiga Hati

Hati yang hidup, sehat dan bersih adalah hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang menyalahi perintah dan larangan Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, bersih dan selamat dari berbagai syubhat yang bertentangan dengan wahyu dari-Nya. Hati ini selamat dari penghambaan kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, selamat dari berhukum kepada selain hukum Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, bersih dalam mencintai Allah Subhanahu Wa Ta‘ala dan mengikuti Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, bersih dalam mengutamakan mencari ridho Allah Subhanahu Wa Ta‘ala dan menjauhi kemungkaran.

Hati yang tidak mengetahui Tuhannya, tidak menyembah-Nya sesuai dengan perintah yang di ridhoi-Nya merupakan hati yang mati. Selain itu, hati ini juga selalu menuruti keinginan nafsu dan kelezatan dirinya. Hati ini menghamba kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta‘ala dalam cinta, takut, harap, ridho dan benci, pengagungan dan kehinaan.

Macam hati yang ketiga adalah hati yang sakit; hati ini hidup tapi cacat. Ada dua pengaruh yang saling tarik-menarik didalamnya. Kadang ia memenangkan kehidupannya; berada pada sisi kecintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, penghambaan kepada-Nya, dan keikhlasan pada-Nya. Namun, didalam hati itu juga terdapat cinta kepada nafsu, hasad, takabur, cinta berkuasa dan berbuat kerusakan.

Cinta Kebenaran Suburkan Hati (Bag. 2)

Kehidupan Dan Cahaya

Orang yang mengetahui hakikat alam semesta dan tempat kembalinya menginginkan hatinya berada dalam keadaan hidup. Bahkan lebih dari itu, mereka menginginkan kehidupan hati yang sempurna dan bercahaya. Mereka tahu, hidup dan cahaya adalah modal segala kebaikan, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‘ala,
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am: 122)

Dalam ayat ini, Allah menghimpun dua dasar yang asasi : kehidupan dan cahaya. Hidup akan melahirkan kekuatan; kekuatan pendengaran, penglihatan, malu, kesabaran dan segenap akhlak mulia lainnya. Ia juga akan melahirkan cinta pada kebaikan dan benci keburukan. Semakin kuat kehidupan hati seseorang, semakin kuat pula sifat-sifat diatas. Sebaliknya, jika hidupnya lemah, maka lemah pula sifat-sifat itu pada dirinya.

Cahaya dan sinar merupakan pembuka pengetahuan dan hakikat ilmu, seakan-akan sinar pelita ditengah jalan yang gelap. Jika cahaya dan sinar hati kuat, maka terbukalah pengetahuan yang bermanfaat dan hakikatnya. Dengan cahaya hati itu, tampaklah kebaikan sebagai kebaikan, dan keburukan sebagai keburukan.

Allah juga mengabarkan bahwa Al-Qur’an mengandung dua hal : ruh yang dengannya hati menjadi hidup dan cahaya yang dengannya didapatkan penerangan dan pancaran (Asy-Syura: 52).

Cinta Kebenaran Suburkan Hati (Bag. 3)

Kebenaran Untuk Kehidupan Hati

Kehidupan hati yang sempurna hanya diraih dengan mengetahui, menginginkan dan mengutamakan kebenaran daripada hal-hal lain.

Keadaan ini bisa dicapai dengan dua hal; pertama, kekuatan ilmu dan pembeda; kedua, kekuatan keinginan dan cinta. Jadi, kesempurnaan hati terletak pada kekuatan ilmu dalam mengetahui dan memahami kebenaran, serta dalam membedakan antara kebenaran tersebut dengan kebatilan. Juga diraih dengan menggunakan kekuatan, keinginan dan cinta dalam mencari dan mencintai kebenaran serta dalam mengutamakan kebenaran dan kebatilan.

Orang yang tidak tahu kebenaran akan tersesat. Orang yang tahu kebenaran namun tidak menginginkannya atau mengutamakan selainnya, ia mendapatkan kemurkaan. Hanya orang yang tahu kebenaran lalu yang mengikutinyalah yang mendapat kenikmatan. Hal ini sebagaimana termaktub dalam do’a kita sehari-hari dalam surat Al-Fatihah.

Allah Subhanahu Wa Ta‘ala menyebutkan dua hal pokok ini dalam banyak ayat, diantaranya :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqoroh: 186)

Permohonan orang yang berdo’a, pengabulannya dan seruan untuk memenuhi perintah Allah berhubungan dengan kekuatan, keinginan dan cinta. Seruan untuk beriman kepada Allah berhubungan dengan kekuatan ilmu dan pembeda.

Dalam Al-Qur’an, Allah selalu mengulang-ulang kabar bahwa orang yang bahagia adalah orang yang mengetahui kebenaran lalu mengikutinya, dan orang yang tidak tahu kebenaran serta tersesat darinya, atau ia mengetahui kebenaran tapi menyelisihinya.

Dua kekuatan hati ini tidak akan pernah berhenti dalam hati. Jika seorang hamba tidak menggunakan kekuatan ilmiahnya untuk mengetahui dan memahami kebenaran, maka ia akan menggunakannya untuk mengetahui kebatilan. Jika ia tidak menggunakan keinginan beramal untuk mengamalkan keta’atan, maka ia akan menggunakan kekuatan itu untuk kemaksiatan.

Tak ada yang lebih penting bagi seorang hamba selain berkonsentrasi dengan kebenaran. Dua kekuatan hati itulah yang merupakan senjatanya untuk meraih modal segala kebaikan. Dengan mengilmui dan mengamalkan kebenaran, hatinya akan berisi kehidupan dan bercahaya, InsyaAllah...
(abu ibnihi)

Sumber :
Melumpuhkan Senjata Syetan, Ibnu Qayyim, Darul Falah.

Wallahu'alam Bishshowab

Saudah binti Zam’ah R.A (Bag. 1)

Saudah binti Zam’ah R.A

Sudah merupakan pengetahuan umum bahwa istri-istri Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam rata-rata janda. Salah satu diantaranya adalah Saudah binti Zam’ah. Mengapa Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam menikahi beliau? Dan mengapa pula Saudah tetap bersikeras menjadi istri Nabi walau tidak mendapat kunjungan?

Saudah binti Zam’ah bin Qais bin Abdi Syams bin Abud Al-Qurssyiyah Al-Amiriyyah. Ibunya bernama Asy-Syamus binti Qais bin Zaid bin Amru dari Bani Najjar. Beliau juga seorang sayyidah yang mulia dan terhormat. Sebelumnya menikah dengan As-Sakar bin Amru saudara Suhail bin Amru Al-Amiri. Suatu ketika beliau bersama 8 orang dari Bani Amir hijrah meninggalkan kampung halaman dan hartanya, kemudian menyebrangi dahsyatnya lautan demi agamanya.

Semakin bertambah siksaan dan intimidasi yang mereka alami karena menolak kesesatan dan kesyirikan. Hampir-hampir tiada henti ujian menimpa Saudah, belum usai ujian tinggal di negeri asing beliau harus kehilangan suami beliau sang muhajirin.

Saudah binti Zam’ah R.A (Bag. 2)

Di Lamar Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam

Dalam catatan sejarah, tak seorangpun sahabat yang berani mengajukan kepada Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pernikahan beliau setelah wafatnya Ummul Mu’minin Khadijah.

Dan disaat kesusahan beliau hampir berkepanjangan, Khaulah binti Hakim memberanikan diri mengusulkan kepada Rosulullah dengan cara yang lembut dan ramah :
Khaulah : Tidakkah Anda ingin menikah wahai Rosulullah?
Rosulullah : (Beliau menjawab dengan suara yang menandakan kesedihan) Dengan siapa saya akan menikah setelah dengan Khadijah?
Khaulah : Jika anda ingin bisa dengan seorang gadis dan bisa pula dengan seorang janda.
Rosulullah : Jika dengan seorang gadis, siapakah gadis tersebut?
Khaulah : Putri dan orang yang paling anda cintai yaitu Aisyah binti Abu Bakar.
Rosulullah : (Beliau diam beberapa saat, lalu bertanya) Jika dengan seorang janda?
Khaulah : Dia adalah Saudah binti Zam’ah, seorang wanita yang telah beriman kepada anda dan mengikuti apa yang anda bawa.

Beliau menginginkan Aisyah, namun terlebih dahulu beliau menikahi Saudah binti Zam’ah. Orang-orang Mekah merasa heran terhadap pernikahan Nabi dengan Saudah binti Zam’ah. Mereka bertanya-tanya seolah-olah tak percaya dengan kejadian tersebut, seorang janda yang telah lanjut usia dan tidak begitu rupawan menggantikan posisi Sayyidah Quraisy. Hal itu tentu saja menarik perhatian bagi para pembesar diantara mereka.

Kenyataan membuktikan bahwa sesungguhnya Saudah atau yang lain tak dapat menggantikan posisi Khadijah, namun Saudah mampu menunaikan kewajiban dalam rumah tangga Nubuwwah, dan melayani putri-putri Nabi.

Saudah binti Zam’ah R.A (Bag. 3)

Demi Meraih Keistimewaan

Setelah 3 tahun rumah tangga tersebut berjalan, masuklah Aisyah dalam rumah tangga Nabi, disusul kemudian istri-istri yang lain seperti Hafsah, Zainab, Ummu Salamah, dan lain-lain. Saudah menyadari bahwa Nabi tidak menikahinya selain karena kasihan melihat kondisinya yang lama menjanda. Dan bagi hal itu telah jelas dan nyata tatkala Nabi ingin menceraikannya dengan cara yang baik untuk memberi kebebasan kepadanya, walaupun Nabi merasa bahwa hal itu akan menyakiti hatinya.

Tatkala Nabi mengutarakan keinginannya itu, Saudah merasa seolah-olah itu adalah mimpi buruk yang menyesakkan dada. Sehingga beliau merengek dengan merendahkan diri seraya memohon,
“Pertahankanlah aku wahai Rosulullah, demi Allah, tiadalah keinginanku, namun aku berharap agar Allah membangkitkanku pada hari Kiamat dalam keadaan menjadi istrimu”.

Begitulah, Saudah lebih mendahulukan keridhoan semuanya yang mulia, sehingga beliau berikan gilirannya kepada Aisyah untuk menjaga hati Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dan beliau sudah tak punya keinginan sebagaimana layaknya wanita lain.

Rosulullah pun menerima usulan istrinya yang berperasaan halus itu, hingga turunlah ayat Allah,
“Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)”. (QS. An-Nisa: 128)
Saudah bersyukur kepada Allah karena menjadi ummul mu’minin dan istri Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam di surga. Saudah wafat pada akhir pemerintahan Umar bin Khattab Rodhiyallahu ‘Anhu.

Ummul Mu’minin Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha senantiasa mengenang dan mengingat perilaku beliau dan terkesan akan keindahan kesetiaannya. Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha berkata,
“Tiada seorang wanita pun yang paling aku sukai agar aku punya sifat seperti dia melebihi Saudah binti Zam’ah yang saat berusia senja dia berkata, ‘Wahai Rosulullah, aku hadiahkan kunjungan anda kepadaku untuk Aisyah’. Hanya saja beliau berwatak keras”.

Demikianlah, Saudah merupakan teladan bagi para wanita yang rela berkorban demi mendapat kemuliaan di akhirat.
(abu shafy)

Sumber :
Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Musthafa Abu An-Nashr Asy Syalabi. Wanita-Wanita teladan Di Masa Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Cetakan III, Pustaka At-Tibyan, Solo, 2003.

Wallahu'alam Bishshowab

Sabtu, 18 Juni 2011

Mewujudkan Khusyu’ Dalam Sholat (Bag. 1)

Khusyu’ tentu merupakan sesuatu yang dicari-cari oleh orang yang mendirikan sholat yang ingin mendapatkan keridhoan-Nya.

Khusyu’ adalah ketentraman, ketenangan, perasaan takut, kesejahteraan dan juga tawadhu’. Lebih singkatnya, khusyu’ adalah merasa takut terhadap Allah Subhanahu Wa Ta‘ala dan selalu memperhatikan segala apa yang diperintahkan-Nya. Ada juga yang mengatakan khusyu’ adalah berdirinya hati dihadapan Robb dengan penuh ketundukan dan perasaan hina dina.

Tempat khusyu’ adalah didalam hati. Namun, khusyu’ juga memberikan dampak terhadap jasmani. Sebab, anggota tubuh akan mengikuti hati. Jika hati khusyu’ anggota badanpun akan tenang dan tentram. Jika khusyu’ rusak, rusak pulalah ibadah yang dilakukan oleh anggota badan seseorang.

Mayoritas Ulama berpendapat bahwa khusyu’ adalah sesuatu yang diwajibkan. Allah berfirman, yang artinya :
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (QS. Al-Baqoroh: 45)

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ayat diatas menunjukan ancaman terhadap orang-orang yang tidak khusyu’. Dan ancaman itu tidak akan terjadi, kecuali terhadap orang-orang yang meninggalkan sebuah kewajiban atau mengerjakan sesuatu yang haram. Dengan demikian, jika orang-orang yang tidak khusyu’ itu diancam, artinya khusyu’ adalah wajib hukumnya.

Oleh karena itu, mengusahakan sebab-sebab khusyu’ merupakan sebuah keharusan. Secara garis besar, sebab-sebab yang menjadikan seseorang khusyu’ terbagi dalam dua hal yaitu,
Pertama, mendatangkan segala sesuatu yang dapat mewujudkan kekhusyu’an didalam sholat, kemudian memperkuatnya.
Kedua, membendung segala sesuatu yang dapat menghapus dan menghilangkan kekhusyu’an tersebut.

Berikut ini sebab-sebab khusyu’ kategori pertama yang terpenting :

Mewujudkan Khusyu’ Dalam Sholat (Bag. 2)

Mempersiapkan Diri Untuk Sholat

Persiapan untuk sholat ini dilakukan sejak mu’adzin mengumandangkan adzan, yaitu dengan menjawab kalimat-kalimat adzan. Setelah itu berdo’a dengan do’a setelah adzan yang diriwayatkan dari Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Adalah baik untuk berwudhu dari rumah daripada berwudhu di Masjid. Maka wudhulah dengan tata cara yang disyari’atkan Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dan bacalah do’a setelah wudhu. Termasuk dalam membersihkan diri adalah bersiwak serta mengharumkan mulut dimana nanti lisan merupakan jalan dilantunkannya Al-Qur’an.

Mengenakan pakaian yang baik merupakan hal yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya surat Al-A’rof ayat 31. Juga jangan pula memancing ketidak khusyu’an jama’ah lain dengan mengenakan pakaian yang bergambar apapun pada bagian belakang pakaian.

Setelah itu, berjalanlah menuju Masjid dengan penuh ketenangan, ketundukan, penuh khidmat seraya berdzikir dengan dzikir saat berjalan ke Masjid yang diriwayatkan Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Ketika masih ada waktu, hendaklah sholat sunat 2 roka’at (Tahhiyatul Masjid) sebelum duduk di Masjid. Kalaupun ada waktu lagi, berdo’alah sebelum iqomat dikumandangkan karena waktu diantara adzan dan iqomat merupakan salah satu waktu diijabah dalam berdo’a.

Saat iqomat berkumandang, maka tak ada lagi ibadah yang terpenting kecuali menegakkan sholat. Maka luruskanlah shof karena hal itu merupakan unsur kesempurnaan sholat serta jalan untuk mencegah masuknya syaiton pengganggu sholat.

Mewujudkan Khusyu’ Dalam Sholat (Bag. 3)

Bersikap Tenang

Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam selalu thuma’ninah (bersikap tenang) dalam melakukan sholat hingga setiap tulang belulangnya kembali ketempat semula. Orang yang tidak menyempurnakan bagian-bagian sholatnya, seperti rukuk dan sujud, dijuluki sebagai orang yang mencuri sebagian sholatnya.

Rosulullah juga mengomentari orang yang tidak sempurna sikap tenangnya dalam melakukan gerakan-gerakan sholat ini yaitu,
“Perumpamaan orang yang tidak sempurna rukuknya dan mematuk dalam sujudnya adalah seperti seorang yang sedang kelaparan yang makan sebuah kurma dua buah kurma, dimana keduanya tidak ada manfaatnya sama sekali terhadapnya”. Riwayat Ath-Thabrani, hasan)

Orang yang tidak thuma’ninah (bersikap tenang) ketika sholat tidak mungkin melakukan sholatnya dengan khusyu’. Sebab melakukan sholatnya dengan cepat-cepat dapat menghilangkan kekhusyu’an. Sedangkan melakukan sholat seperti seekor burung yang mematuk akan dapat menghilangkan pahala daripada sholat itu sendiri.

Mewujudkan Khusyu’ Dalam Sholat (Bag. 4)

Mengingat Mati Dalam Sholat

Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mengisyaratkan tentang masalah ini,
“Ingatlah kematian dalam sholatmu. Karena sesungguhnya seseorang jika mengingat kematian didalam sholatnya, niscaya dia akan bermaksud untuk memperbaiki sholatnya. Dan lakukanlah sholat sebagaimana sholat seseorang yang tidak pernah mengira bahwa dia akan dapat melakukan sholat selain sholat yang dilakukannya itu”. (Dinukil di As-Silsilah Ash-Shahihah, Al-Albani, no. 1421, Al-Hafidz Ibn Hijr menyatakan hadits ini sebagai hadits hasan).

Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah memberikan nasehat terhadap Abu Ayyub Rohimahullah,
“Jika engkau telah berdiri didalam sholatmu, maka lakukanlah sholat sebagaimana sholat seseorang yang akan meninggalkan”. (Riwayat Ahmad)

Maksud hadits diatas adalah melakukan sholat sebagaimana orang yang sholat sedangkan dia mengira bahwa dia tidak pernah akan dapat melakukannya kembali selain sholat yang sedang dilakukannya itu. Jika seseorang yang sholat itu berperasaan bahwa dia akan mati, sedangkan kematian itu pasti datang, dia juga berperasaan bahwa sholatnya itu sholat yang paling akhir dilakukan, maka dia akan melakukannya dengan khusyu’, sebab dia tidak mengetahui mungkin sholat itulah memang benar-benar sholat yang paling akhir dia lakukan.

Tiga hal diatas merupakan hal awal yang merupakan sebab bagi terwujudnya kekhusyu’an sholat. Tentu, tidak terbatas sekedar hal-hal diatas saja, masih ada dan banyak lagi sebab-sebab bagi terwujudnya kekhusyu’an sholat, baik termasuk kategori pertama maupun yang kedua.
(abu ukasyah)

Wallahu'alam Bishshowab

Jumat, 27 Mei 2011

Ingat Mati ( Bag. 1 )

Ingat Mati

Kematian merupakan persinggahan pertama manusia dialam akhirat. Al Qurthubiy berkata dalam At Tadzkirah, “Kematian ialah terputusnya hubungan antara ruh dengan badan, berpisahnya kaitan antara keduanya, bergantinya kondisi, dan berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya”. Yang dimaksud dengan kematian dalam pembahasan berikut ini adalah al maut al kubro, sedangkan al maut ash shughro sebagaimana dimaksud oleh para ulama, ialah tidur.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan”. (QS. Adz-Dzumar: 42)
[1]

Orang Yang Cerdas

Orang yang cerdas adalah orang yang tahu persis tujuan hidupnya. Kemudian mempersiapkan diri sebaik-baiknya demi tujuan tersebut. Maka, jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?

Ibnu Umar Rodhiyallaahu ‘Anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rosulullah Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshor, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam dan bertanya, ‘Wahai Rosulullah, siapakah orang mu’min yang paling utama? Rosulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mu’min yang paling cerdas? Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas’. (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)[2]

Sumber Artikel : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ingat-mati.html

Atau :
http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

Wallahu'alam Bishshowab

Ingat Mati ( Bag. 2 )

Pemutus Segala Kelezatan

Dari Abu Hurairah Rodhiyallaahu ‘Anhu beliau berkata, “Rosulullah Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan’ , yaitu kematian. (HR. At Tirmidzi, Syaikh Al Albaniy dalam Shahih An Nasa’iy 2/393 berkata : “hadits hasan shahih”)

Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafidzahullah menjelaskan perihal hadits diatas, “Dianjurkan bagi setiap muslim, baik yang sehat maupun yang sedang sakit, untuk mengingat kematian dengan hati dan lisannya. Kemudian memperbanyak hal tersebut, karena dzikrul maut (mengingat mati) dapat menghalangi dari berbuat maksiat, dan mendorong untuk berbuat ketaatan. Hal ini dikarenakan kematian merupakan pemutus kelezatan. Mengingat kematian juga akan melapangkan hati dikala sempit, dan mempersempit hati dikala lapang. Oleh karena itu, dianjurkan untuk senantiasa dan terus menerus mengingat kematian”.[3]

Dan Merekapun Ingin Kembali

Sebaliknya orang-orang yang semasa hidupnya sangat sedikit mengingat mati, dari kalangan orang-orang kafir dan mereka yang tidak menta’ati seruan para Rosul, akan meminta tangguh dan udzur ketika bertemu dengan Robb mereka kelak diakhirat. Inilah penyesalan yang paling mendalam bagi manusia yang tidak mengingat kematian.

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzholim : “Ya Robb kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami kedunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rosul-Rosul. (Kepada mereka dikatakan) : “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” (QS. Ibrohim: 44)

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata : “Wahai Robb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang sholeh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Munafiqun: 10-11)

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata : “ Wahai Robb-ku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal sholeh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja”. (QS. Al-Mu’minun: 99-100)[4]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy berkata mengenai ayat dalam Surat Al-Mu’minun, “Allah Ta’ala mengabarkan keadaan orang-orang yang berhadapan dengan kematian, dari kalangan mufrithin (orang-orang yang bersikap meremehkan perintah Allah -pent) dan orang-orang yang dzholim. Mereka menyesal dengan kondisinya ketika melihat harta mereka, buruknya amalan mereka, hingga mereka meminta untuk kembali kedunia. Bukan untuk bersenang-senang dengan kelezatannya, atau memenuhi syahwat mereka. Akan tetapi mereka berkata, ‘Agar aku berbuat amal sholeh terhadap apa yang telah aku tinggalkan”. Beliau kembali menjelaskan, “Apa yang mereka perbuat tidaklah bermanfaat sama sekali, melainkan hanya ada kerugian dan penyesalan. Pun perkataan mereka bukanlah perkataan yang jujur, jika seandainya mereka dikembalikan lagi kedunia, niscaya mereka akan kembali melanggar perintah Allah”.[5]

Sumber Artikel : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ingat-mati.html

Atau :
http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

Wallahu'alam Bishshowab

Ingat Mati ( Bag. 3 )

Pendekkan Angan-Anganmu!

Sikap panjang angan-angan akan membuat seseorang malas beramal, mengira hidup dan umur mereka panjang sehingga menunda-nunda dalam beramal sholih.

Dari Ibnu Mas’ud Rodhiyallaahu ‘Anhu beliau berkata, “Nabi Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam membuat segi empat, kemudian membuat garis panjang hingga keluar dari persegi tersebut, dan membuat garis-garis kecil dari samping menuju ketengah. Kemudian beliau berkata, ‘Inilah manusia, dan garis yang mengelilingi ini adalah ajalnya, dan garis yang keluar ini adalah angan-angannya. Garis-garis kecil ini adalah musibah dalam hidupnya, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini”. (HR. Bukhari, lihat Fathul Bari I/236-235)

Dari Anas beliau berkata, “Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Setiap anak Adam akan menjadi tua dan hanya tersisa darinya dua hal : ambisi dan angan-angannya”.[6]

Oleh karena itu, diantara bentuk dzikrul maut adalah memperpendek angan-angan, dan tidak menunda-nunda dalam beramal sholih.

Dari Ibnu Umar Rodliyallaahu ‘Anhuma ia berkata : “Rosulullah Shollallaahu ’Alaihi Wasallam pernah memegang pundak kedua pundakku seraya bersabda : ‘Jadilah engkau didunia seakan-akan orang asing atau pengembara’. Ibnu Umar berkata : “Jika kamu berada disore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada dipagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu”. (HR. Al-Bukhari, lihat Al Fath I/233)

Faktor-Faktor Yang Dapat Mengingatkan Kematian

{1} Dziarah kubur, Nabi Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Berdziarah kuburlah kalian sesungguhnya itu akan mengingatkan kalian pada akhirat”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)[7]

{2} Mengunjungi mayit ketika dimandikan dan melihat proses pemandiannya.

{3} Menyaksikan proses sakaratul maut dan membantu mentalqin.

{4} Mengantar jenazah, menyolatkan, dan ikut menguburkannya.

{5} Membaca Al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan kepada kematian dan sakaratul maut. Seperti firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya”. (QS. Qoof: 19)

{6} Merenungkan uban dan penyakit yang diderita, karena keduanya merupakan utusan malaikat maut kepada seorang hamba.

{7} Merenungkan ayat-ayat kauniyah yang telah disebutkan Allah Ta’ala sebagai pengingat bagi hamba-hambaNya kepada kematian. Seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, badai, dan sebagainya.

{8} Menelaah kisah-kisah orang maupun kaum terdahulu ketika menghadapi kematian, dan kaum yang didatangkan bala’ atas mereka.

Sumber Artikel : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ingat-mati.html

Atau :
http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

Wallahu'alam Bishshowab

Ingat Mati ( Bag. 4 )

Faidah Mengingat Kematian

Diantara faidah mengingat kematian adalah :
(1) Memotivasi untuk mempersiapkan diri sebelum terjadinya kematian;
(2) Memperpendek angan-angan, karena panjang angan-angan merupakan sebab utama kelalaian;
(3) Menjadikan sikap dzuhud terhadap dunia, dan ridho dengan bagian dunia yang telah diraih walaupun sedikit;
(4) Sebagai motivasi berbuat keta’atan;
(5) Sebagai penghibur seorang hamba tatkala memperoleh musibah dunia;
(6) Mencegah dari berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam menikmati kelezatan dunia;
(7) Memotivasi untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat; (8) Melembutkan hati dan mengalirkan air mata, mendorong semangat untuk beragama, dan mengekang hawa nafsu;
(9) Menjadikan diri tawadhu’ dan menjauhkan dari sikap sombong dan dzholim dan;
(10) Memotivasi untuk saling memaafkan dan menerima udzur saudaranya.[8]

Penulis :
Yhouga AM
Artikel :
www.muslim.or.id

Catatan kaki :

[1] Al Qiyamah As Sughra, Syaikh Dr. Sulaiman Al Asyqar, hal. 15-16 cet. Dar An Nafais.

[2] Disebutkan dalam Kitab At Tazkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhirah, Imam Al Qurthubiy dalam bab Dzikrul Maut wa Fadhluhu wal Isti’dadu lahu I/120, cet. Maktabah Dar Al Minhaj.

[3] Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Shalihin, Syaikh Salim bin‘Ied Al Hilaly, I/634 cet. Dar Ibnul Jauziy.

[4] Imam Nawawi berdalil dengan ayat-ayat tersebut dalam Riyadhus Shalihin bab Dzikrul Maut wa Qashrul Umal (Mengingat Kematian dan Memendekkan Angan-Angan).

[5] Taisir Karimirrahman, Syaikh Abdurrahman bin Nshir As Sa’diy, hal. 531, cet. Dar Ibnu Hazm.

[6] HR. Baihaqi dalam Az Zuhd Al Kabir no. 454, Al Hafizh Al Iraqiy berkata hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam “Qashrul Umal” dengan sanad yang shahih.

[7] Silahkan merujuk pembahasan lebih lengkap mengenai dziarah kubur dalam artikel bulletin At Tauhid terdahulu, “Saat Kubur Jadi Tempat Ibadah” http://buletin.muslim.or.id/aqidah/saat-kubur-jadi-tempat-ibadah.

[8] Brosur “Kafa bil Mauti Wa’izh” , Darul Wathan.

Sumber Artikel : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ingat-mati.html

Atau :
http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

Wallahu'alam Bishshowab

Rabu, 25 Mei 2011

Di Depan Gerbang Kematian ( Bag. 1 )

Di Depan Gerbang Kematian

Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah ta’ala. Allah telah menetapkan setiap jiwa pasti akan merasakannya. Kematian tidak pandang bulu. Apabila sudah tiba saatnya, Malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya. Dia tidak mau menerima pengunduran jadwal, barang sedetikpun. Karena bukanlah sifat Malaikat seperti manusia, yang dzholim dan jahil.

Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para Malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan perintah Allah. Duhai, tidakkah manusia sadar, seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga pasti dia akan menangis, menangis dan menangis. Subhanallah, adakah orang yang tidak merasa takut dari neraka. Sebuah tempat penuh siksa, sebuah negeri kengerian dan jeritan manusia-manusia durhaka. Neraka ada dihadapan kita, dengan apakah kita akan membentengi diri darinya? Apakah dengan menumpuk kesalahan dan dosa, hari demi hari, malam demi malam, sehingga membuat hati semakin menjadi hitam legam? Apakah kita tidak ingat ketika itu kita berbuat dosa, lalu sesudahnya kita melakukannya, kemudian sesudahnya kita melakukannya lagi? Sampai kapan engkau jera?

Sumber Artikel :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/di-depan-gerbang-kematian.html

Wallahu'alam Bishshowab

Di Depan Gerbang Kematian ( Bag. 2 )

Sebab-sebab Su’ul Khotimah

Saudaraku seiman mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda, ketahuilah bahwa su’ul khotimah tidak akan terjadi pada diri orang yang sholih secara lahir dan batin dihadapan Allah. Terhadap orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, tidak pernah terdengar cerita bahwa mereka su’ul khotimah. Su’ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang-orang yang nekat melakukan dosa-dosa besar dan berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Kemungkinan semua dosa itu demikian mendominasi dirinya sehingga ia meninggal saat melakukannya, sebelum sempat bertaubat dengan sungguh-sungguh.

Perlu diketahui bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Diantaranya yang terpokok adalah sebagai berikut :

Berbuat syirik kepada Allah ‘azza wajalla. Pada hakikatnya syirik adalah ketergantungan hati kepada selain Allah dalam bentuk rasa cinta, rasa takut, pengharapan, do’a, tawakal, inabah (taubat) dan lain-lain.

Berbuat bid’ah dalam melaksanakan agama. Bid’ah adalah menciptakan hal baru yang tidak ada tuntunannya dari Allah dan Rosul-Nya. Penganut bid’ah tidak akan mendapat taufik untuk memperoleh husnul khotimah, terutama penganut bid’ah yang sudah mendapatkan peringatan dan nasehat atas kebid’ahannya. Semoga Allah memelihara diri kita dari kehinaan itu.

Terus menerus berbuat maksiat dengan menganggap remeh dan sepele perbuatan-perbuatan maksiat tersebut, terutama dosa-dosa besar. Pelakunya akan mendapatkan kehinaan disaat mati, disamping setan pun semakin memperhina dirinya. Dua kehinaan akan ia dapatkan sekaligus dan ditambah lemahnya iman, akhirnya ia mengalami su’ul khotimah.

Melecehkan agama dan ahli agama dari kalangan ulama, da’i, dan orang-orang sholih serta ringan tangan dan lidah dalam mencaci dan menyakiti mereka.

Lalai terhadap Allah dan selalu merasa aman dari siksa Allah. Allah berfirman yang artinya,

“Apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. (QS. Al A’roof [7] : 99)

Berbuat dzolim. Kedzoliman memang ladang kenikmatan namun berakibat menakutkan. Orang-orang yang dzolim adalah orang-orang yang paling layak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Allah berfirman yang artinya,

“Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim”. (QS. Al-An’aam [6] : 44)

Berteman dengan orang-orang jahat. Allah berfirman yang artinya,

“(Ingatlah) hari ketika orang yang dzolim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan yang lurus bersama Rosul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrabku”. (QS. Al-Furqoon [25] : 27-28)

Bersikap ujub. Sikap ujub pada hakikatnya adalah sikap seseorang yang merasa bangga dengan amal perbuatannya sendiri serta menganggap rendah perbuatan orang lain, bahkan bersikap sombong dihadapan mereka. Ini adalah penyakit yang dikhawatirkan menimpa orang-orang sholih sehingga menggugurkan amal sholih mereka dan menjerumuskan mereka kedalam su’ul khotimah.

Demikianlah beberapa hal yang bisa menyebabkan su’ul khotimah. Kesemuanya adalah biang dari segala keburukan, bahkan akar dari semua kejahatan. Setiap orang yang berakal hendaknya mewaspadai dan menghindarinya, demi menghindari su’ul khotimah.

Sumber Artikel :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/di-depan-gerbang-kematian.html

Wallahu'alam Bishshowab

Di Depan Gerbang Kematian ( Bag. 3 )

Tanda-tanda husnul khotimah

Tanda-tanda husnul khotimah cukup banyak. Disini kami menyebutkan sebagian diantaranya saja yaitu :

Mengucapkan kalimat tauhid Laa ilaaha illallaah saat meninggal (menjelang ajal). Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti masuk surga”. (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)

Meninggal pada malam Jum’at atau pada hari Jum’at. Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Setiap muslim yang meninggal pada hari atau malam Jum’at pasti akan Allah lindungi dari siksa kubur”. (HR. Ahmad)

Meninggal dengan dahi berkeringat. Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Orang mu’min itu meninggal dengan berkeringat didahinya”. (HR. Ahmad, Tirmidzi dll, dishahihkan Al Albani)

Meninggal karena wabah penyakit menular dengan penuh kesabaran dan mengharapkan pahala dari Allah, seperti penyakit kolera, TBC dan lain sebagainya.

Wanita yang meninggal saat nifas karena melahirkan anak. Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya berarti mati syahid. Sang anak akan menarik-nariknya dengan riang gembira menuju surga”. (HR. Ahmad).

Munculnya bau harum semerbak, yakni yang keluar dari tubuh jenazah setelah meninggal dan dapat tercium oleh orang-orang disekitarnya. Seringkali itu didapatkan pada jasad orang-orang yang mati syahid, terutama syahid fisabilillah.

Mendapatkan pujian yang baik dari masyarakat sekitar setelah meninggalnya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah melewati jenazah. Beliau mendengar orang-orang memujinya. Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda,

“Pasti (masuk) surga” Beliau kemudian bersabda, “kalian -para sahabat- adalah para saksi Allah dimuka bumi ini”. (HR. At-Tirmidzi).

Melihat sesuatu yang menggembirakan saat ruh diangkat. Misalnya, melihat burung-burung putih yang indah atau taman-taman indah dan pemandangan yang menakjubkan, namun tidak seorangpun disekitarnya yang melihatnya. Kejadian itu dialami sebagian orang-orang shalih. Mereka menggambarkan sendiri apa yang mereka lihat pada saat sakaratul maut tersebut dalam keadaan sangat berbahagia, sedangkan orang-orang disekitar mereka tampak terkejut dan tercengang saja.

Sumber Artikel :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/di-depan-gerbang-kematian.html

Wallahu'alam Bishshowab

Di Depan Gerbang Kematian ( Bag. 4 )

Bagaimana Kita Menyambut Kematian?

Saudara tercinta, sambutlah sang kematian dengan hal-hal berikut :

Dengan iman kepada Allah, para Malaikat, Kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, Hari Akhir (Kiamat), dan Takdir baik maupun buruk. Dengan menjaga sholat lima waktu tepat pada waktunya dimasjid secara berjama’ah bersama kaum muslim dengan menjaga kekhusyu’an dan merenungi maknanya. Namun, sholat wanita dirumahnya lebih baik daripada dimasjid.

Dengan mengeluarkan dzakat yang diwajibkan sesuai dengan takaran dan cara-cara yang disyari’atkan.

Dengan melakukan puasa Romadhon dengan penuh keimanan dan mengharap pahala.

Dengan melakukan haji mabrur, karena pahala haji mabrur pasti surga. Demikian juga umroh dibulan Romadhon, karena pahalanya sama dengan haji bersama Rosululloh Shollallahu ‘Alaihi Wasallam.

Dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, yakni setelah melaksanakan yang wajib. Baik itu sholat, dzakat, puasa maupun haji. Allah menandaskan dalam sebuah hadits qudsi,

“Seorang hamba akan terus mendekatkan diri kepada-Ku melalui ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintainya”.

Dengan segera bertobat secara ikhlas dari segala perbuatan maksiat dan kemungkaran, kemudian menanamkan tekad untuk mengisi waktu dengan banyak memohon ampunan, berdzikir, dan melakukan ketaatan.

Dengan ikhlas kepada Allah dan meninggalkan riya dalam segala ibadah, sebagaimana firman Allah yang artinya,

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah [98] : 5)

Dengan mencintai Allah dan Rosul-Nya. Hal itu hanya sempurna dengan mengikuti ajaran Nabi, sebagaimana yang Allah firmankan yang artinya,

“Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (QS. Ali Imron [3] : 31)

Dengan mencintai seseorang karena Allah dan membenci seseorang karena Allah, berloyalitas karena Allah dan bermusuhan karena Allah. Konsekuensinya adalah mencintai kaum mu’min meskipun saling berjauhan dan membenci orang kafir meskipun dekat dengan mereka.

Dengan rasa takut kepada Allah, dengan mengamalkan ajaran kitab-Nya, dengan ridho terhadap rezeki-Nya meski sedikit, namun bersiap diri menghadapi Hari Kemudian. Itulah hakikat dari taqwa.

Dengan bersabar menghadapi cobaan, bersyukur kala mendapatkan kenikmatan, selalu mengingat Allah dalam suasana ramai atau dalam kesendirian, serta selalu mengharapkan keutamaan dan karunia dari Allah. Dan lain-lain. (dicuplik dari Misteri Menjelang Ajal, Kisah-Kisah Su’ul Khatimah dan Husnul Khatimah, penerjemah Al Ustadz Abu ‘Umar Basyir hafizhahullah). Semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau, amii...n.

Penyusun ulang : Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel : www.muslim.or.id

Sumber Artikel :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/di-depan-gerbang-kematian.html

Wallahu'alam Bishshowab

Minggu, 01 Mei 2011

Cintaku Sejati

Kesedihan dan kepedihanku...
Hanya mampu membuatku menangis...
Tapi...tidak pernah mampu merubah keyakinanku...
Atas semua keputusanNya...

Melupakan dan meninggalkan dirimu...
Hanya membuat luka dalam hatiku...
Tapi tidak akan membuat mati keyakinanku...
Bahwa bukan hanya dirimu tujuanku...

Robb...
Cinta dalam hatiku ini...
Kaulah yang berikan...
Dan aku yakin...
Kau pulalah yang akan memeliharanya...

Robb...
Cinta sejatiku ini Kaulah yang tanamkan...
Hingga aku yakin sekali dengan semua janjiMu...
Walaupun tidak Kau berikan didunia ini...
Masih ada kehidupan lain yang sudah menanti...

Hingga semua janji Kau genapi...
Sampai pada titik kesempurnaan...
MencintaiMu...
Lebih dari dalamnya cintaku padanya...

Karena aku tahu Engkau begitu mencintaiku...
Hingga tidak seorangpun yang berhak...
Untuk memiliki cinta sejati ini...
Melainkan diriMu yang setia menemani langkahku...